“Betapa sedihnya, Nabi Ibrahim. Turun perintah Allah untuknya. Anak
yang tercinta harus disembelihnya. Untuk membuktikan ketaatannya.”
Begitulah. Sepenggal lirik lagu
dari sebuah mainan yang diamanahkan untuk Azam. Berulang-ulang mainan itu saya
mainkan bersama Azam. Berulang-ulang pula lah saya mendengarkan lirik lagu itu.
Ya Allah. Begitu beratnya ujian ketaatan seorang Nabi. Nabi Ibrahim diuji untuk
menyembelih anak kandungnya sendiri, Nabi Ismail. Bayangkan bagaimana perasaan
seorang ayah yang telah begitu lama mendamba hadirnya seorang anak. Namun,
ketika ia hadir turun perintah dari Allah untuk menyembelihnya. Bagaimana pula
perasaan seorang anak ketika ayahnya diperintahkan untuk menyembelihnya. Untuk apa?
Untuk menguji ketaatannya! Dan mereka lulus! Masha Allah.
Lalu bagaimana dengan saya? Seorang
manusia biasa yang masih banyak sekali mengeluhnya. Pantaskah saya mengaku
sudah taat pada Allah? Tidak. Sungguh sangat tidak sebanding dengan Nabi
Ibrahim dan Nabi Ismail. Di hari Idul Adha ini begitu banyak pelajaran yang
dapat saya ambil. Bukan hanya sekedar euphoria penyembelihan hewan kurban saja
atau bahkan pakaian baru untuk merayakannya. Tidak, bukan itu. Pasti selalu ada
makna yang luar biasa dibalik setiap perintah Allah. Saya yang fakir ilmu ini
saja yang masih jauh dari kalimat sami’na wa atho’na. Kami dengar dan kami
taat. Masih banyak mengeluh dan mempertanyakan. Semoga Anda tidak begitu. Semoga
kita semua selalu diberi kemudahan oleh Allah untuk menjemput hidayahNya.
#30DWC
#30DWCJilid14
#Day1
Comments
Post a Comment