Hari ini, aku benar-benar belajar sesuatu yang berharga,
dari seorang gadis cilik berusia 9 tahun. Namanya Reni, ia adalah seorang anak
yang tinggal di daerah Jawa Barat (urang Sunda). Sejak sekecil itu dia sudah yatim, iya, dia yatim
saudaraku, sekecil itu!
Reni cilik tinggal bersama Ibu dan kakak perempuannya di
rumah kecil beratap dan bertembok kayu. Sering kali, setiap ia berangkat ke
sekolah melihat teman-teman sebayanya diantar oleh ayah mereka, sebagai anak
kecil yang masih polos, Reni cemburu melihat pemandangan itu, dia rindu berat
dengan ayahnya.
Ujian berat sepulang sekolah pun menunggu Reni di rumahnya, setiap
pulang sekolah, ia bahkan tidak menemukan ada nasi atau lauk-pauk sedikitpun. Kesibukan
Ibunya sebagai seorang buruh pembuat pisang sale membuat sang Ibu tidak sempat
untuk menyiapkan makanan apapun untuk keluarga kecil Reni.
Jika sudah begitu, ia tahu harus mencari Ibunya dimana, di
pabrik pembuatan sale pisang. Tanpa diminta oleh ibunya, dia membantu untuk
memudahkan tugas sang Ibu tercinta. Upahnya? Hanya 5 ribu rupiah tiap harinya,
itu pun tidak setiap hari tenaga sang Ibu dibutuhkan!
5 ribu rupiah, untuk makan sehari-hari saja pasti tidak
cukup. Reni cilik nan ayu pun berinisiatif untuk berkeliling menjajakan sale
pisang, berjalan jauh di tengah terik matahari, yang mungkin hanya laku 2 ribu
saja tiap harinya! Anak sekecil itu, Ya Allaah.
Kakak Reni, seorang gadis cantik seusia anak SMP juga adalah
anak yang berbakti pada orang tuanya. Sepulang sekolah ia menjadi penjaga bayi
di rumah tetangganya, dengan upah 7 ribu rupiah tiap harinya.
Ya Allah, aku malu melihat keluarga ini, melihat Reni. Ia menceritakan
semua yang dialaminya dengan polos! Tanpa setitik air matapun, anak sekecil
itu!
Aku benar-benar malu dengan kemarahan ataupun kesedihan yang
pernah aku rasakan hanya karena tidak ada makanan di rumah, padahal aku punya
uang, aku sudah sebesar ini, tapi ternyata aku tidak lebih hebat dari gadis
cilik kelas 3 SD!
Ya Allaah, Engkaulah Tuhan Semesta Alam, Engkau Maha Adil Ya
Rabb, Engkau lebihkan kekuatan pada orang-orang yang Engkau uji, meski ia hanya
seorang gadis berusia 9 tahun.
Bumi ini terus berputarSiang dan malamMenyibakkan tirai kehidupanBukalah matamu, lihatlahPekakan telingamu, dengarkanlahGunakan lisanmu, berbicaralahJika masih belum dapat merangkai peristiwaBukalah hatimuKarena bukan mata yang buta, melainkan hati
Orang Pinggiran-Trans7
7 September 2012
Si Budi
kecil kuyup menggigil
Menahan dingin tanpa jas hujan
Disimpang jalan tugu pancoran
Tunggu pembeli jajakan koran
Menjelang maghrib hujan tak reda
Si Budi murung menghitung laba
Surat kabar sore dijual malam
Selepas isya melangkah pulang
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal
Cepat langkah waktu pagi menunggu
Si Budi sibuk siapkan buku
Tugas dari sekolah selesai setengah
Sanggupkah si Budi diam di dua sisi
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal
Menahan dingin tanpa jas hujan
Disimpang jalan tugu pancoran
Tunggu pembeli jajakan koran
Menjelang maghrib hujan tak reda
Si Budi murung menghitung laba
Surat kabar sore dijual malam
Selepas isya melangkah pulang
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal
Cepat langkah waktu pagi menunggu
Si Budi sibuk siapkan buku
Tugas dari sekolah selesai setengah
Sanggupkah si Budi diam di dua sisi
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal
Sore Tugu Pancoran
Comments
Post a Comment