Sejak dulu kala, masalah pilih memilih itu sudah dikonsep loh
sama Allah, seperti memilih jalan kebenaran atau jalan kebatilan (baca Al
Fatihah : 7). Seiring berkembangnya waktu dan kompleksitas manusia, urusan pilihan sekarang semakin beragam, misal
memilih sekolah, memilih tempat tinggal, hingga memilih pekerjaan. Memilih itu
bukan hal yang mudah, meski hanya harus memilih diantara dua hal, A atau B,
apalagi jika itu masalah impian kita, pasti semakin sulit. Soal memilih,
penulis beberapa waktu lalu dihadapkan pada sebuah pilihan yang cukup sulit,
karena ini masalah mimpi penulis, ini masalah membuka jalur menuju impian
penulis!
Ikut bergabung di sebuah forum international? Bagi sebagian
orang mungkin biasa saja, tapi tidak bagi penulis, kesempatan untuk bisa bergabung
di sebuah forum international adalah hal yang luar biasa bagi penulis, membuka
jalur menuju dunia international, Alhamdulillah. Tapi apa daya, Interfaith
Summit 2012 tinggal kenangan, penulis harus memilih untuk tidak jadi berangkat,
untuk apa peluang besar di depan mata jika orang tua tidak memberikan ridho? Meski
gejolak hati sangat ingin untuk berangkat, tapi Allah lah yang paling tau. Simple? Tentu saja
tidak sesimple itu bagi yang mengalami, karena sekali lagi, ini masalah mimpi!
Kenapa sih dihalang-halangi? Sudah berjuang susah-susah
padahal, toh ini adalah impian penulis, apapun risikonya siap laah untuk ditanggung,
toh juga yang menjalani hidup ini adalah penulis sendiri. Padahal sudah
direncanakan dan diperjuangkan dengan baik, yaah, sebuah rencana yang indah
untuk dikerjakan di usia muda, masa terbaik bagi perjalanan hidup manusia. Segala
macam pertanyaan bercampur aduk di kepala, antara logika dan kenyataan tidak
mau bersatu, sampai pada akhirnya dengan cepat Allah memberikan pelajaran
berharga dibalik kejadian ini (beda cerita, entar ditulis deh kejadian apa yg
membuat gue sadar), dan lagi, jadi inget kisahnya Alif Fikri (Negeri 5 Menara),
kalau mau tau ceritanya baca sendiri ajaa, hehe. Finally, He made me realized
so soon, Alhamdulillaaah.
Okelah, guys, ternyata memilih itu tidak boleh egois, as a
daughter of mother and father, penulis harus menyadari bahwa memperjuangkan
impian dan memperjuangkan ego itu beda jauuuh, tapi menjadi dekat manakala dikaburkan
oleh egoisme semata. Kita harus sadar ada di posisi mana kita sekarang,
oleh karena status penulis adalah seorang anak, maka harus disadari betul bahwa
ridho Allah itu terletak pada ridho orang tua, sekali lagi, Allah lah yang
paling tau. Seorang anak itu, impian terbesar apalagi sih kalau bukan
membahagiakan orang tua? Jikalau tidak mendapat izin dari orang tua, berarti
impian kita juga belum diapprove sama Allah, iya kan?
So, life must go on, dengan kepercayaan dan keyakinan
yang sepenuh-penuhnya kepada Allah. Jika bukan saat ini waktu yang tepat, impian
itu tetap harus terus diperjuangkan, impian itu harus dijemput suatu saat nanti,
soon or later, tentu saja atas seizin Allah, Tuhan Semesta Alam. Bodo amat
mau dibilang keras kepala, Iam!
I love you Mom, Dad.
Hamasaaaah !!
Surabaya, October 7th 2012, 09:45 pm
with the heart full of fire, raaawwrr!
Comments
Post a Comment